Guru merupakan profesi yang sangat mulia, mengapa? Karena guru memiliki ruang kerja dalam memuliakan manusia yang secara kodrat sudah memiliki kedudukan paling tinggi dari semua makhluk. Guru menciptakan ruang – ruang belajar murid yang dapat menumbuh kembangkan potensi setiap muridnya dengan baik.
Standar Nasional Pendidikan Indonesia mengamanatkan bahwa Pendidikan haruslah merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya serta masyarakat. Dengan demikian, semua upaya yang kita lakukan dalam konteks pendidikan, bukan hanya harus kita rencanakan dengan cermat, namun juga harus sebesar-besarnya ditujukan untuk mengembangkan potensi anak.
Setiap murid terlahir dengan membawa potensi tersendiri atau disebut kodrat alam, sehingga setiap murid bersifat unik. Keberagaman potensi yang dimiliki setiap murid menjadi asset yang harus ditumbuh kembangkan sesuai amanat SNP yang sudah diuraikan sebelumnya.
Dimana tempat yang tepat untuk menumbuh kembangkan potensi atau kodrat alam murid? Tempat itu diawali dari rumah atau keluarga. Dalam keluargalah murid memulai proses pembelajaran, mulai dari belajar mendengar, mendengarkan kosa kata – kosa kata yang baik, belajar melihat, melihat benda -benda di sekitar rumahnya, belajar meraba, orang tuanya memberikan sentuhan pertama, sentuhan kasih sayang yang akan dirasakan setiap murid, kemudian belajar berbicara mengucapkan kosa kata baru dan berjalan selangkah demi selangkah. Proses pembelajaran dalam rumah itu akan terus berlanjut sekali pun murid sudah memasuki usia sekolah.
Pada saat murid sudah mulai masuk lingkungan sekolah, artinya lingkungan belajar murid tersebut bertambah tidak lagi keluarga tapi menjadi rumah, sekolah, dan lingkungannya. Ketiga elemen ini harus bersinergi dalam menuntun dan memberikan pendidikan.
Pendidikan moral atau budi pekerti yang diterapkan dalam lingkungan rumah, akan diperkuat dengan pendidikan budi pekerti yang diperoleh di sekolah, dan murid melakukan aksi nyata dari apa yang telah diperoleh dari dalam rumahnya, hasil pendidikan di sekolah, nampak dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam lingkungan aktivitas keseharian murid tersebut.
Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah – sekolah identik dengan peran guru dalam kelas maupun di luar kelas. Guru mempersiapkan segala sesuatu yang dapat mendukung kelancaran terjadinya proses pembelajaran. Guru hebat akan melakukan aktivitas yang dapat mengenali murid-muridnya dari berbagai aspek, seperti latar belakang keluarga, aspek tugas pertumbuhan dan perkembangan psikolgisnya, karakter dan gaya belajar, serta potensi lain yang sudah dimiliki muridnya melalui berbagai instumen yang medukung untuk mendapatkan informasi tersebut.
Guru selalu melakukan fasilitasi keberagaman muridnya, keunikan muridnya, guru terus menerus melakukan inovasi dalam menciptakan pembelajaran di kelas atau di luar kelas, karena setiap potensi alam muridnya harus tampak dan berkembang. Guru menuntun murid – murid untuk dapat mengenali identitas dirinya sehingga murid-murid dapat memahami bagaimana cara mereka belajar, murid mengetahui potensi diri, sehingga murid-murid memiliki semangat tinggi dalam mengembangkan potensi, bakat,minta yang dimilikinya.
Proses pembelajaran yang diciptakan guru dan diperoleh murid di sekolah merupakan proses pembelajaran yang dapat memperjelas apa sebenarnya potensi unik yang dimiliki setiap murid. Murid menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran, murid merupakan subyek dalam pembelajaran, aktifitas pembelajaran dirancang untuk membuat murid belajar, melakukan partisipasi secara aktif, murid tidak lagi hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi murid sendiri yang menggali informasi, mengeklporasi pengetahuannya, murid dapat menemukan pengetahuan dan pengalaman baru dari setiap aktivitas belajar yang diikuti atau dijalaninya.
Ki Hajar Dewantara mengamanatkan “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Pendidikan yang berlangsung di sekolah dan dilaksanakan oleh guru-guru menjadi praktik-praktik pembelajaran yang menuntun semua murid dengan berbagai keunikan dan keberagamnya. Pembelajaran yang diberikan bukanlah pembelajaran satu teknik atau satu cara untuk semua namun merupakan pembelajaran yang memberikan ruang ekpresi pada setiap murid.
Guru ada atau hadir di dalam diri setiap murid, guru hadir pada ruang-ruang kosong muridnya. Murid yang memiliki kemampuan memahami pembelajar dalam waktu relativ cepat mendapatkan ruang yang luas untuk mengembangkan lebih dalam pengetahuan dan keterampilannya, murid yang berada di area umum atau standar minimal mendapatkan kesempatan yang memadai dalam mengembangkan bakat potensinya, demikian pula murid yang membutuhkan perhatian khusus dari guru dalam melakukan proses pembelajaran mendapatkan waktu yang cukup untuk sampai pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pembelajaran yang memfasiltasi semua keberagaman murid kita kenal dengan pembelajarn berdiferesiansi, pembelajaran yang menuntun dan melayani semua murid sesuai dengan gaya belajar, karaktersitik, minat dan bakatnya.
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah kreativitas guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti guru harus mengajar dengan banyak cara yang berbeda untuk sejumlah murid di dalam kelas. Bukan pula berarti bahwa guru harus memberikan lebih banyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat dalam memahami atau menyelesaikan tugas belajarnya dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, didalam satu waktu pembelajaran.
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar. Dalam pembelajaran berdiferesiansi guru harus mengetahui kebutuhan belajar murid yaitu Kesiapan belajar murid (readiness),Minat murid, dan profil belajar murid
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru.
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar; 2) mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran; 3) menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan; 4) meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien. Sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Meskipun Pembelajaran berdiferensiasi memang bukanlah sebuah gagasan yang baru, namun untuk banyak guru, implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini mungkin pada awalnya akan tidak mudah, karena diperlukan perubahan paradigma dalam melihat proses pembelajaran. Bahkan untuk para guru yang sudah memiliki cara berpikir yang terbuka pun dan yakin dengan manfaat dari pembelajaran berdiferensiasi ini, mereka masih tetap perlu didukung dalam praktek penerapannya. Oleh karena itu, peran kepemimpinan sekolah menjadi sangat penting.
Kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat memiliki pandangan dan tindakan yang selaras dan memiliki visi yang sama terkait dengan implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini.
Pembelajaran yang berpihak pada murid, akan menumbuhkan kebahagian murid dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena kehadiran diri dan potensi yang dimiliki diakui, dihargai, serta dapat tumbuh dan tumbuh semakin baik, semaik terampil, semakin cerdas.
Untuk dapat terus konsisten melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, kolaborasi antara guru sangat diperlukan, guru saling merefleksi dan memberikan umpan balik sehingga pembelajaran yang telah dilakukan dapat diperbaiki terus menerus, karena murid yang dituntun pun terus berubah, bergantian seiring perjalanan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar